Strategi Peningkatan Nilai Wisata Kawasan Kota Tua Ampenan sebagai Destinasi Heritage Mataram
Kata Kunci:
Kota Tua Ampenan, pariwisata heritage, strategi pengembangan, SWOT, destinasi berkelanjutanAbstrak
Kota Tua Ampenan di Kota Mataram merupakan kawasan bersejarah yang memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata heritage. Namun, kawasan ini menghadapi berbagai permasalahan seperti degradasi lingkungan, kurangnya infrastruktur penunjang, lemahnya promosi, serta minimnya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan destinasi. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi peningkatan nilai wisata kawasan Kota Tua Ampenan melalui pendekatan kualitatif deskriptif berbasis analisis SWOT. Data diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi, kemudian dianalisis dengan mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan kawasan ini memerlukan strategi terpadu yang mencakup pemberdayaan masyarakat, digitalisasi promosi, penataan fasilitas, perlindungan terhadap bangunan bersejarah, serta kerja sama lintas sektor. Empat strategi utama dirumuskan dalam kerangka SWOT: strategi SO, WO, ST, dan WT, yang saling melengkapi dalam upaya mewujudkan destinasi heritage yang berkelanjutan. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pengembangan pariwisata berbasis budaya di wilayah perkotaan dan dapat menjadi dasar perencanaan kebijakan strategis bagi pemerintah daerah serta pemangku kepentingan pariwisata lainnya
Referensi
Ashley, C., Boyd, C., & Goodwin, H. (2000). Pro-poor tourism: Putting poverty at the heart of the tourism agenda. Overseas Development Institute.
Buhalis, D., & Law, R. (2008). Progress in information technology and tourism management: 20 years on and 10 years after the Internet—The state of eTourism research. Tourism Management, 29(4), 609–623.
Buhalis, D., & Law, R. (2008). Progress in information technology and tourism management: 20 years on and 10 years after the Internet—The state of eTourism research. Tourism Management, 29(4), 609–623. https://doi.org/10.1016/j.tourman.2008.01.005
Butler, R. W. (1980). The concept of a tourist area cycle of evolution: Implications for management of resources. The Canadian Geographer/Le Géographe canadien, 24(1), 5–12.
Creswell, J. W. (2014). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches (4th ed.). Sage Publications.
Gürel, E., & Tat, M. (2017). SWOT analysis: A theoretical review. The Journal of International Social Research, 10(51), 994–1006.
Inskeep, E. (1991). Tourism planning: An integrated and sustainable development approach. John Wiley & Sons.
Inskeep, E. (1991). Tourism planning: An integrated and sustainable development approach. New York: Van Nostrand Reinhold.
Kurniansah, R., & Rosida, L. (2019). Strategi Pengembangan Pariwisata Perkotaan (Urban Tourism) Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat. Media Bina Ilmiah, 14(2), 2061–2068.
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1994). Qualitative data analysis: An expanded sourcebook (2nd ed.). Sage Publications.
OECD. (2014). Tourism and the creative economy. OECD Publishing. https://doi.org/10.1787/9789264207875-en
OECD. (2014). Tourism and the Creative Economy. Organisation for Economic Co-operation and Development.
Pine, B. J., & Gilmore, J. H. (1999). The experience economy: Work is theatre and every business a stage. Harvard Business Press.
Pine, B. J., & Gilmore, J. H. (1999). The experience economy: Work is theatre and every business a stage. Boston: Harvard Business School Press.
Setiawan, B. (2016). Revitalisasi kawasan kota tua Jakarta: Tantangan dan peluang. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 27(1), 33–45.
Setiawan, B. (2016). Revitalisasi kawasan kota tua Jakarta: Tantangan dan peluang. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 27(1), 33–45.
Taylor, K., & Lennon, J. (2011). Cultural landscapes: A bridge between culture and nature? International Journal of Heritage Studies, 17(6), 537–554.
Taylor, K., & Lennon, J. (2011). Cultural landscapes: A bridge between culture and nature? International Journal of Heritage Studies, 17(6), 537–554. https://doi.org/10.1080/13527258.2011.618246
Timothy, D. J., & Boyd, S. W. (2006). Heritage tourism in the 21st century: Valued traditions and new perspectives. Journal of Heritage Tourism, 1(1), 1–16.
Timothy, D. J., & Nyaupane, G. P. (2009). Cultural heritage and tourism in the developing world: A regional perspective. Routledge.
UNESCO. (2013). New life for historic cities: The historic urban landscape approach explained. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization.
UNESCO. (2013). New life for historic cities: The historic urban landscape approach explained. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization.
UNESCO. (2013). New life for historic cities: The historic urban landscape approach explained. Paris: United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. https://whc.unesco.org/en/activities/638
UNWTO. (2018). Tourism and culture synergies. World Tourism Organization
Yin, R. K. (2018). Case study research and applications: Design and methods (6th ed.). Sage Publications.
Zapata, M. J., Hall, C. M., Lindo, P., & Vanderschaeghe, M. (2011). Can community-based tourism contribute to development and poverty alleviation? Lessons from Nicaragua. Current Issues in Tourism, 14(8), 725–749.
Zapata, M. J., Hall, C. M., Lindo, P., & Vanderschaeghe, M. (2011). Can community-based tourism contribute to development and poverty alleviation? Lessons from Nicaragua. Current Issues in Tourism, 14(8), 725–749. https://doi.org/10.1080/13683500.2011.559200
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Penelitian Mahasiswa Pariwisata

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.